Sejarah Karapan Sapi Menjadi Kebanggaan Madura Asli

Karapan sapi atau istilah untuk menyebut perlombaan pacuan pada sapi yang berasal daro Pulau Madura, karena perlombaan ini akan menggunakan sepasang sapi yang menarik semacam kereta dari kayu (tempat joki berdiri dan mengendalikannya) kemudian dipacu sekencang-kencangnya untuk bisa melewati pasangan lainnya dan biasanya trek pacuan tersebut hanya berjarak 100 m saja.

Kebudayaan orang Madura ini sudah dikenal sejak jaman dahulu hingga kebiasaan memacu binatang peliharaan di arena memang sudah menjadi kegemaran sejak dahulu kala, karena tidak hanya hewan peliharaan sapi saja yang diadu cepat tapi juga kerbau seperti yang terdapat di Pulau Kangean yang sama seperti tradisi pada penduduk Madura ini.

Nah untuk mengetahui tradisi karapan sapi yang berasal dari Madura ini, maka simak penjelasan berikut!

Kenali, Sejarah Karapan Sapi Khas Madura

Pada awal mula kerapan sapi dilatarbelakangi oleh tanah Madura yang kurang subur untuk lahan pertanian, nah untuk gantinya orang-orang Madura mengalihkan mata pencahariannya sebagai nelayan untuk daerah pesisir dan beternak sapi yang sekaligus digunakan untuk bertani khususnya dalam membajak sawah atau ladang.

Nah pada suatu ketika ada seorang ulama Sumenep yang bernama Syeh Ahmad Baidawi (Pangeran Katandur) yang memperkenalkan cara bercocok tanam terbaru dengan menggunakan sepasang bambu, hingga dikenal oleh masyarakat Madura dengan sebutan “nanggala” atau “salaga” yang ditarik dengan dua ekor sapi dalam bercocok tanam tersebut.

Awalnya memang hanya untuk  memperoleh sapi-sapi yang kuat dalam membajak sawah, maka hampir semua orang Madura memelihara sapi agar dapat menggarap di sawah-sawah mereka dengan sesegera mungkin hingga gagasan ini kemudian menimbulkan adanya tradisi rutin setiap tahunnya khususnya setelah menjelang musim panen habis dengan didahului arak-arakan pasangan sapi mengelilingi arena pacuan dengan diiringi musik.

Selain itu pelaksanaan Karapan Sapi juga dibagi dalam empat babak yang pertama, seluruh sapi diadu kecepatannya dalam dua pasang untuk memisahkan kelompok menang dan kelompok kalah hingga pada babak ini semua sapi yang menang maupun yang kalah dapat bertanding lagi sesuai dengan kelompoknya untuk babak selanjutnya.

Babak kedua adalah babak pemilihan lagi yang dimana pasangan sapi pada kelompok menang akan dipertandingkan kembali, lalu semua pasangan dari kelompok menang dan kalah tidak boleh bertanding kembali kecuali beberapa pasang sapi yang menempati kemenangan urutan teratas di masing-masing kelompok dalam babak ini.

Nah untuk babak yang ketiga ini atau masuk kedalam babak semi final, maka pada masing-masing sapi yang menang untuk setiap kelompok akan diadu kembali untuk menentukan tiga pasang sapi pemenang dan tiga sapi dari kelompok kalah serta untuk babak keempat atau babak final ini diadakan dalam menentukan juara I, II, dan III dari kelompok kalah tersebut.

Fakta-fakta Unik Karapan Sapi, Tradisi Khas Masyarakat Madura

Dibalik tersebut ternyata memiliki makna penting bagi masyarakat Madura, sehingga lomba pacuan sapi ini akan digelar setiap tahun atau antara bulan Agustus hingga September yang diadakan sebagai bentuk perwujudan rasa syukur warga atas suburnya tanah yang dulunya tandus dan berikut fakta-fakta lainnya yang jarang diketahui yaitu:

Terdapat Joki dalam Tradisi Karapan Sapi

Tradisi Karapan Sapi memang terdapat seorang joki yang akan mengendalikan gerak lari sapi dengan berdiri dan menarik sejenis kereta kayu, sehingga dalam pertandingan ini dua ekor sapi akan dipaksa berlari kencang sampai pada garis finish dan untuk panjang lintasannya kurang lebih 100 meter serta ini akan berlangsung selama sepuluh detik sampai satu menit.

Menggunakan Sapi yang Terawat

Sapi yang Terawat

Aturan dalam mengikuti perlombaan Karapan Sapi ini memang tidak cukup mudah, karena sapi yang akan digunakan untuk perlombaan harus dilatih dan dirawat lebih dahulu hingga tubuh sepasang sapi tersebut harus dibentuk agar sehat serta kuat dengan biaya yang dikeluarkan untuk makanan maupun pemeliharaan pastinya juga tidak akan sedikit.

Diadakan Untuk Kepentingan Lahan Pertanian

Pertama kali dipopulerkan untuk tradisi karapan sapi ini oleh Pangeran Katandur yang berasal dari Pulau Sapudi, nah Sumenep pada abad 13 yang diketahui pada zaman dahulu Pulau Madura memiliki lahan pertanian yang kurang subur hingga membuat tradisi ini pada awalnya untuk kepentingan lahan pertanian pada saat itu yang memang kurang subur.

Sehingga pangeran Katandur memperkenalkan cara membajak sawah dengan menggunakan sepasang bambu, lalu bambu tersebut ditarik oleh dua ekor sapi yang berdiri sejajar dengan menggunakan pecut hingga petani memacu jalannya sapi-sapi tersebut agar tanah persawahan tersebut dapat terolah kembali dengan baik.

Baca Juga

Mengenal Karakteristik Sapi, Manfaat Dan Sejarahnya

Sejarah & Fakta Menarik Tentang Domba Dolly

Setelah kejadian itu Pangeran Ketandur memperoleh hasil panen yang memuaskan, lalu mengajak warga di desanya itu untuk mengadakan balapan sapi yang membuat kegiatan tersebut diadakan sebagai perwujudan rasa syukur atas suburnya tanah yang dulunya tandus hingga kini tradisi ini terus berkembang dan tetap dijaga kelestariannya.

Memiliki 2 Macam Perayaan

Terdapat dua macam perayaan karapan sapi di Madura ini yang pertama adalah Bupati Cup dan yang kedua adalah Presiden Cup, nah untuk Bupati cup biasanya diadakan dua kali dalam setahun hingga para pemenang dari bupati cup ini biasanya akan melanjutkan pertandingannya ke Presiden cup.

Pada acara Presiden Cup ini sangat meriah dan ramai yang diselenggarakan di kota Bangkalan pada awal bulan Oktober tahun 2019, karena di dalam event karapan sapi ini para penonton tidak hanya disuguhi adu cepat sapi serta ketangkasan para jokinya tapi sebelum memulai para pemilik biasanya melakukan ritual arak-arakan sapi.

Nah arak-arakan tersebut akan diiringi dengan alat musik seronen perpaduan alat musik khas Madura, sehingga membuat acara ini menjadi semakin meriah dan tentunya berbeda dengan perayaan Bupati Cup.

Kesimpulan

Itulah informasi singkat tentang karapan sapi yang berasal dari Madura, karena tradisi itu pada awalnya hanya untuk kepentingan lahan pertanian yang pada saat ini memang tanah Madura kurang subuh hingga diperkenalkan oleh Pangeran Katandur yang berasal dari Pulau Sapudi yang membajak sawah menggunakan sapi.

Tinggalkan komentar